Puisi: Pengertian, Ciri, Unsur, Jenis, Struktur dan Contohnya Lengkap
https://blogbahasa-indonesia.blogspot.com/2018/02/pengertian-ciri-unsur-jenis-contoh-puisi.html
Advertisement
Baca Juga:
Penahkah kalian mendengarkan pembacaan puisi? Dalam acara-acara tertentu, puisi sering dibacakan untuk menggugah persaaan seseorang yang mendengarnya. Misalnya, pada acara penggalangan dana kemanusiaan atau peluncuran buku kumpulan puisi. Lalu tahukah kalian apa yang dimaksud dengan puisi itu? Bagaimana ciri-ciri, unsur, jenis, strukturnya?
Nah, pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari segala hal yang behubungan dengan puisi. Untuk itu, silahkan kalian simak penjelasan berikut ini.
Pengertian Puisi
Karya sastra puisi berbeda dengan karya sastra prosa. Karya sastra puisi bersifat pemusatan (konsentrif) dan pemadatan (intensif). Pengarang tidak menjelaskan secara terperinci apa yang ingin diungkapkannya. Pengarang hanya mengutarakan apa yang menurut perasaannya atau pendapatnya merupakan bagian yang pokok atau penting saja.
Definisi puisi dapat ditinjau dari segi etimologi dan menurut pendapat para ahli. Berikut ini beberapa pengertian puisi:
■ Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata poeima yang berarti “membuat” atau dari kata poeisis yang artinya “pembuatan”. Dalam bahasa Inggris puisi disebut poem atau poetry.
■ Menurut Kamur Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 1 puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. 2 puisi adalah gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi. 3 sajak.
■ Menurut Pradopo, puisi merupakan ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan yang berirama. Tambahnya lagi, puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.
■ Menurut Herman Waluyo, puisi adakah suatu bentuk karya sastra yang mengungkapkan sebuah pikiran dan perasaan sih penyair dengan secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dalam pengonsentrasian sebuah struktur fisik dan struktur batinnya.
■ Menurut Sumardi, puisi karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang pada dan pelihatan kata-kata kias (imajinatif).
■ Menurut Thomas Carlye, puisi adalah ungkapan pikiran yang bersifat musikal.
■ Menurut James Reevas, puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya tarik.
■ Menurut Herbert Spencer, puisi adalah bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan unsur keindahan.
■ Menurut Watt-Dunton, puisi adalah suatu ekspresi yang konkret dan yang sifatnya artistik dari sebuah pemikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
■ Menurut H. B. Jassin, puisi adalah suatu pengucapan dengan sebuah perasaan yang di dalamnya mengandung suatu pikiran-pikiran dan sebuah tanggapan-tanggapan.
Dari beberapa pengertian puisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum, puisi didefinisikan sebagai berikut.
Puisi adalah sebuah karya sastra berupa seni tertulis yang merupakan bentuk ungkapan perasaan penulisnya melalui bahasa yang terikat dengan irama, mantra, rima dan penyusunan lirik serta bait. Puisi merupakan karya sastra yang mementingkan bunyi, struktur dan makna yang ingin disampaikan. Jadi dapat dikatakan bahwa puisi mewujudkan penggunaan bahasa sebagai sebuah seni yang memiliki kualitas estetika (keindahan).
|
Ciri-Ciri Puisi
Secara umum, puisi memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.
● Bahasa yang biasanya dipakai untuk membentuk puisi bersifat konotatif (kiasan).
● Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa dalam puisi harus rapi, indah dan tertata dengan baik untuk menghasilkan irama atau bunyi akhirnya.
● Setiap puisi mempunyai pemadatan kata dari seluruh unsur kemampuan bahasa.
● Puisi biasanya mengungkapkan isi pikiran dan perasaan penyair dari ruang lingkup dan juga pengalaman yang mereka terapkan se-imajinatif mungkin.
Unsur-Unsur yang Terdapat dalam puisi
Unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah puisi dapat dibedakan berdasarkan strukturnya, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Macam-macam struktur fisik dan batin dari sebuah puisi adalah sebagai berikut.
1. Struktur Fisik Puisi
■ Tipografi (Perwajahan Puisi)
Tipografi merupakan bentuk dari puisi tersebut. Diantaranya mencangkup halaman puisi, tepi halaman, pengaturan baris, penulisan kata, penulisan tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan sebagainya. Tipografi puisi adalah segala hal yang dapat dilihat dengan mata ketika membaca puisi.
■ Diksi (pemilihan kata)
Diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair untuk mewakili apa yang dipikirkannya sebagai media ekspresi dalam puisi. Pengarang menggunakan citraan, majas, kata asing, atau kata lain untuk mewakilinya. Diksi sangat berpengaruh terhadap keindahan puisi. Pemilihan kata yang tepat akan memberikan daya magis yang sangat kuat pada puisi yang penyair ciptakan.
Namun, hendaknya disadari bahwa kata-kata dalam puisi bersifat konotatif, artinya memiliki kemungkinan makna yang lebih dari satu. Kata-katanya juga dipilih yang puitis artinya mempunyai efek keindahan dan berbeda dari kata-kata yang Anda pakai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemilihan kata yang cermat ini, orang akan langsung tahu bahwa yang dihadapi itu puisi.
■ Pengimajian
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Diksi dan pengimajian memiliki hubungan yang sangat erat. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian.
Baris atau bait puisi itu seolah mengandung gema suara (imaji auditif), benda yang nampak (imaji visual), atau sesuatu yang dapat Anda rasakan, raba atau sentuh (imaji taktil). Ketiganya digambarkan oleh bayangan konkret yang dapat Anda hayati secara nyata.
Contoh diksi dan pengimajian terlihat dalam petikan puisi Perempuan-Perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya berikut ini.
...
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta dari manakah mereka
Di atas roda-roda baja mereka berkendara
Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota merebut hidup di pasar-pasar kota
...
|
Dalam puisi tersebut, dipilih kat-kata yang berisi sikap kagum penyair kepada perempuan-perempuan perkasa. Untuk menunjukkan rasa kagum itu, penyair tidak cukup dengan penyebutan perempuan perkasa. Untuk memperkonkret gambaran dalam pikiran pembaca, Ia menggunakan pengimajian berupa ungkapan /Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta./. Untuk menunjukkan kendaraan bagi perempuanperempuan itu secara konkret penyair menciptakan pengimajian "Di atas roda-roda baja mereka berkendara".
■ Kata Konkret
Kata konkret adalah kata yang memungkinkan memunculkan imajinasi karena dapat ditangkap indera yang mana kata ini berhubungan kiasan atau lambang. Seperti kata konkret "salju" di mana melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan sebagainya. Sedangkan kata kongkret "rawa-rawa" melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan dan sebagainya.
■ Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Jenis gaya bahasa atau majas yang sering digunakan dalam puisi adalah:
1. Metafora
Metafora adalah kiasan kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan. Dalam "Surat Cinta", Renda mengiaskan diri kekasihnya bagai putri duyung.
engkaulah putri duyung
tawananku
putri dyung dengan suara merdu
lembut bagi angin laut
mendesahlah bagiku.
|
2. Anafora
Yakni pengulangan kata atau frase pada awal dua larik puisi secara berurutan untuk penekanan atau keefektifan bahasa. Misalnya, terdapat dalam salah satu puisi Sapardi Djoko Damono berikut.
Kita tinggalkan kota ini, ketika menyeberang sungai terasa waktu masih mengalir di luar diri kita. Awas, jangan menoleh, tak ada yang memerlukan kita lagi tak ada yang memanggil kembali.
|
3. Personifikasi
Personifikasi adalah peristiwa alam yang dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa yang dialamai manusia. Dalam "Padamu Jua" Amir Hamjah menulis :
pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
engkau cemburu
engkau ganas
mangsa aku dengan cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas.
|
4. Hiperbola
Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Untuk melebih-lebihkan sifat jelek yang dikritik, Rendra membuat hiperbola sebagai berikut:
politisi dan pegawai tinggi
adalah caluk yang rapih
kongres-kongres dan konferensi
tak pernah berjalan tanpa kalian.
|
5. Ironi
Dalam puisi pamflet, demonstrasi, dan kritik sosial, banyak digunakan ironi, yakni kata-kata yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. Ironi dapat berubah menjadi sinisme dan sarkasme, yakni penggunaan kata-kata yang keras dan kasar untuk menyindir atau mengeritik. Nada sinisme dapat dinikmati dalam sajak Rendra berjudul "Sajak Sebotol Bir" ini.
kota metropilotan disini tidak tumbuh dari industri
tapi tumbuh dari negara industri asing
akan pasaran dan sumber pengadaan bahan alam
kota metropulitan disini
adalah sarana penumpukan bagi Eropa, Jepang, Cina, Amerika, Australia, dan negara industri lainya.
|
■ Bait dalam Puisi
Bait merupakan satuan yang lebih besar dari baris yang ada dalam puisi. Bait merujuk pada kesatuan larik yang berada dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik (bait) lainnya. Dalam puisi, keberadaan bait sebagai kumpulan larik tidaklah mutlak. Perhatikanlah puisi "Isa" karya Chairil Anwar berikut.
Itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
mendampar tanya: aku salah?
|
Puisi Chairil Anwar tersebut terdiri atas enam bait, tiga di antaranya merupakan bait yang hanya terdiri atas satu larik puisi tersebut. Salah satunya terdapat dalam penggalan tersebut, yakni bait "mendampar tanya: aku salah?" Peranan bait dalam puisi adalah untuk membentuk suatu kesatuan makna dalam rangka mewujudkan pokok pikiran tertentu yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
■ Sajak/Rima
Keindahan sebuah puisi terdapat pada rima/sajak bunyi di akhir baris sesuai pilihan kata yang digunakan.
Contoh:
Hati yang masygul menjadi senang
Sukma riang terbang melayang
Karna lahir kerinduan semalam
Ribaan Hua yang ku kenang
Kudapat terang kasih dan sayang
Serta damai hati di dalam
|
Dalam sajak di atas yang dominan adalah bunyi sengau/ng, m, n/. Bunyi sengau dalam sajak ini mendukung suasana bunyi yang khusuk dan rasa senang si aku karena ia mendapat kasih sayang, serta kedamaian hati sebab kerinduannya pada Hua (Tuhan) hadir pada dirinya dan hatinya. Perhatikan pula sajak akhir baris, kekonsistenan pada keindahan rima/sajak ditonjolkan pada kata /senang, melayang, semalam, ku kenang, sayang, dan dalam/.
2. Struktur Batin Puisi
■ Tema Puisi
Tema merupakan gagasan pokok penyair yang dituangkan dalam bait-bait puisinya. Tema berasal dari berbagai masalah/peristiwa di sekitar kehidupan penyair. Tema adalah langkah dasar penyair dalam menyusun puisinya.
■ Pesan (Amanat) Puisi
Pesan disebut juga amanat puisi. Pesan adalah sesuatu yang ingin disampaikan penyair kepada pembacanya/pendengarnya. Pesan merupakan nilai yang didapat dan dilihat dari sudut pandang penyair, sedangkan kesan adalah nilai dari segi pembaca atau pendengar.
■ Makna Puisi
Makna puisi adalah isi yang tersirat dalam puisi tersebut. Untuk menemukan isi puisi, kamu harus mendengarkan pembacaan puisi dengan saksama dan memahami simbol atau lambang dari puisi.
Contoh:
Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu!
|
Dari bait puisi di atas, dapat ditemukan isinya, yaitu sebagai berikut. Dalam sajak di atas menampilkan ide atau gagasan individualisme di Aku yang ingin hidup mandiri. Ku mau menunjukkan semangat individualisme si penyair.
Si Aku dengan kemauannya sendiri menolak orang lain untuk bersedih pada saat kematiannya. Bahkan orang yang paling dekat dengan dia tidak perlu bersedih pada saat kematiannya nanti. Orang yang paling dekat dengan dia pun tidak perlu bersedih sebab hidup-mati itu adalah tanggung jawab pribadi. Oleh karena itu tak perlu sedu sedan itu!
■ Rasa (Feeling)
Yaitu sikap penyair mengenai pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya akan latar belakang sosial dan psikologi penyair, seperti latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketetapan dalam menyikapi suatu masalah tidak tergantung dari kemampuan penyair memili kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, namun juga dari wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan keperibadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
■ Nada (Tone)
Adalah sikap penyair terdapat pembacanya. Nada berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema baik dengan nada yang menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca dalam pemecahan masalah, menyerahkan masalah kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca dan sebagainya.
Jenis-Jenis Puisi dan Contohnya
Berdasarkan bentuknya, puisi dibedakan atas puisi konvensional (lama) dan inkonvensional (modern/baru). Pengertian, jenis dan contoh puisi lama dan puisi baru adalah sebagai berikut.
1. Puisi Lama
Puisi lama adalah jenis puisi yang masih terikat oleh persajakan, pengaturan larik dalam setiap bait, dan jumlah kata dalam setiap larik, serta musikalitas puisi sangat diperhatikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa puisi lama adalah puisi yang terikat berbagai aturan baik dari segi substansi maupun dari segi sistematika penulisan.
Aturan-aturan penulisan puisi lama:
● Jumlah kata dalam 1 baris
● Jumlah baris dalam 1 bait
● Persajakan (rima)
● Banyak suku kata di tiap baris
● Irama
Ciri-ciri puisi lama:
● Tidak diketahui nama pengarangnya
● Penyampaiannya dari mulut ke mulut, sehingga merupakan sastra lisan
● Sangat terikat akan aturan-aturan misalnya mengenai jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Macam-macam puisi lama:
Berikut ini akan dijelaskan satu per satu pengertian dan contoh dari jenis-jenis puisi lama.
■ Mantra
Mantra adalah rangkaian kata yang mengandung rima dan irama yang dianggap mengandung kekuatan gaib. Mantra biasanya diucapkan oleh seorang dukun atau pawang untuk melawan atau menandingi kekuatan gaib lainnya. Namun, hakikat mantra itu sendiri adalah doa yang diucapkan oleh seorang pawang dalam keadaan trance ‘kerasukan’.
Di dalam mantra yang penting bukan makna kata demi kata, melainkan kekuatan bunyi yang bersifat sugestif. Karakteristik mantra sangat unik, ciri-ciri mantra adalah sebagai berikut.
● Di dalam mantra terdapat rayuan dan perintah.
● Mantra mementingkan keindahan bunyi atau permainan bunyi.
● Mantra menggunakan kesatuan pengucapan.
● Mantra merupakan sesuatu yang utuh, yang tidak dapat dipahami melalui bagian-bagiannya.
● Mantra sesuatu yang tidak dipahami oleh manusia karena merupakan sesuatu yang serius.
● Dalam mantra terdapat kecenderungan esoteris (khusus) dari kata-katanya.
Sebagai contoh marilah kita perhatikan mantra berikut ini, yang biasa diucapkan pawang ketika mengusir anjing galak.
Pulanglah engkau kepada rimba sekampung,
Pulanglah engkau kepada rimba yang besar,
Pulanglah engkau kepada gunung guntung,
Pulanglah engkau kepada sungai yang tiada berhulu,
Pulanglah engkau kepada kolam yang tiada berorang,
Pulanglah engkau kepada mata air yang tiada kering,
Jikalau kau tiada mau kembali, matilah engkau.
|
■ Pantun
Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama di Indonesia yang dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu. Sebuah puisi dikatakan sebuah pantun, apabila memiliki karakteristik sebagai berikut.
● Tiap bait biasanya terdiri dari empat baris (a-b-a-b).
● Tiap baris biasanya terdiri dari empat kata.
● Baris pertama dan kedua berisi sampiran, baris ketiga dan keempat berisi isi.
Contoh pantun:
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
|
■ Syair
Syair merupakan puisi lama yang berirama. Syair disampaikan dalam bentuk rangkap dan menjadi kegemaran masyarakat Melayu lama. Syair tidak memiliki pengarang khusus. Syair dianggap milik bersama oleh masyarakat Melayu lama. Secara umum syair memiliki karakteristik sebagai berikut.
● Syair terdiri dari 4 baris lengkap.
● Syair tidak memiliki maksud.
● Setiap baris dalam syair mempunyai makna yang berkaitan dengan baris-baris terdahulu. Sebuah syair biasanya menceritakan suatu kisah.
● Bilangan perkataan dalam setiap baris adalah sama yaitu 4 kata dan 8-12 kata dalam satu baris.
● Tema-tema yang digunakan adalah romantik, sejarah, perumpamaan dan keagamaan.
Contoh syair:
Dengarlah adik, abang berpesan
Jangan adik menurut perasaan
Pilih pasangan hendak fikirkan
Baik buruk harap bedakan
|
■ Seloka
Seloka disebut juga pantun berantai atau berkait yaitu pantun yang bersambung antara bait satu dan bait berikutnya. Dengan catatan, larik kedua dan keempat setiap bait pantun akan muncul kembali pada larik pertama dan ketiga pada bait berikutnya.Perhatikan contoh seloka berikut ini.
Tanam melati di rumah-rumah
Ubur-ubur sampingan dua
Kalau mati kita bersama
Satu kubur kita berdua
Ubur-ubur sampingan dua
Tanam melati bersusun bangkai
Satu kubur kita berdua
Kalau boleh bersusun bangkai
|
■ Talibun
Talibun merupakan bentuk puisi lama, hampir sama dengan pantun karena terdapat sampiran dan isi, dalam kesusastraan Indonesia yang memiliki jumlah baris lebih dari 4 (mulai 6-20 baris) dan memiliki persamaan bunyi pada akhir baris. Secara umum talibun memiliki karakteristik sebagai berikut.
● Merupakan sejenis puisi bebas.
● Terdapat beberapa baris dalam rangkap untuk menjelaskan pemerian.
● Substansinya berdasarkan suatu perkara yang diceritakan secara rinci.
● Tiada pembayang, setiap rangkap dapat menjelaskan suatu keseluruhan cerita.
● Menggunakan puisi lain dalam pembentukannya.
● Gaya bahasa yang luas dan lugas.
● Berfungsi untuk menjelaskan suatu perkara.
Bahan penting dalam pengkaryaan cerita pelipur lara. Ada banyak tema yang digunakan dalam menciptakan talibun. Berikut ini adalah tema-tema yang sering digunakan dalam talibun.
● Menceritakan kebesaran suatu tempat.
● Menceritakan keajaiban suatu benda.
● Menceritakan kehebatan/kecantikan seseorang.
● Menceritakan perbuatan dan sikap manusia.
Contoh talibun:
Tengah malam sudah terlampau
Dinihari belum lagi tampak
Budak-budak dua kali juga
Orang muda pulang bertandang
Orang tua berkasih tidur
Embun jantan rintik-rintik
Berbunyi kuang jauh ke tengah
Sering lantang riang di rimba
Melenguh lembu di padang
Sambut menguat kerbau di kandang
Berkokok mendung merah mengigal
Fajar sidik menyingsing naik
Kicau-kicau bunyi murai
Taktibau melambung tinggi
Berkuku balam di hujung bendul
Terdengar puyuh panjang bunyi
Puntung sejengkal tunggal sejari
Itulah alamat hari nak siang
|
■ Karmina
Karmina disebut juga puisi kilat yang memiliki syarat serupa dengan pantun biasa. Perbedaan terjadi karena karmina sangat singkat, yaitu baitnya hanya terdiri atas dua larik, sehingga sampiran dan isi terletak pada larik pertama dan kedua. Perhatikan contoh karmina berikut.
Ada ubi ada talas,
Ada budi ada balas.
Anak ayam pulang ke kandang,
Jangan lupa akan sembahyang.
Satu dua tiga dan empat,
Siapa cepat tentu dapat.
|
■ Gurindam
Gurindam, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai ragam sastra Indonesia (lama) yang berisi dua baris yang mengandung petuah atau nasihat. Umumnya baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian. Sedangkan baris kedua berisikan jawaban atau akibat dari masalah pada baris pertama. Contohnya adalah sebagai berikut.
Baik-baik memilih kawan
Salah-salah bisa menjadi lawan
|
■ Bidal
Bidal merupakan jenis peribahasa yang memiliki arti lugas, memiliki rima dan irama, sehingga sering digolongkan ke dalam bentuk puisi. Dalam kesusastraan Melayu, bidal yang mengandung kiasan, sindirin atau pengertian tertentu. Bidal termasuk salah satu jenis sastra yang tertua. Secara teoritis, makna bidal seringkali disamakan dengan pepatah atau ungkapan. Dalam kehidupan sehari-hari, bidal mempunyai fungsi sebagai berikut.
● Sebagai media komunikasi.
● Sebagai media pengajaran dan pendidikan.
● Sebagai media untuk mengkritik.
● Sebagai media untuk mengontrol dalam masyarakat.
● Sebagai media untuk menunjukkan kebijaksanaan.
● Sebagai media untuk melihat dan mengukur status seseorang.
Contoh bidal:
Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau.
Ada ubi ada talas, ada budi ada balas.
Tulus tangan dilakukan, lulus kata dilangkahkan.
|
2. Puisi Baru
Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat sama sekali dengan aturan-aturan yang ada pada puisi lama. Puisi ini mulai terlihat dengan adanya pujangga-pujangga baru dan mulai terkenal pada tahun 1945. Saat itu itu Chairil Anwar adalah pelopor dari lahirnya puisi baru ini.
Lahirnya puisi baru terjadi karena diakibatkan oleh semangat para pujangga dalam mencari kebebasan dalam berbicara. Dan kebebasan tersebut tak terikat pada pola –pola estetika yang kaku atau aturan yang membelenggu diri seseorang penyair dalam bicara.
Ciri-ciri puisi baru:
● Memiliki bentuk yang rapi, simetris
● Persajakan akhir yang teratur
● Menggunakan pola sajak pantun dan syair walaupun dengan pola yang lain
● Umumnya puisi empat seuntai
● Di setiap baris atasnya sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
● Di tiap gatranya terdiri dari dua kata (pada umumnya) : 4-5 suku kata
Jenis-jenis puisi baru berdasarkan isinya
No.
|
Jenis Puisi
|
Keterangan
|
1.
|
Balada
|
Balada adalah puisi yang berisi kisah atau cerita. Puisi jenis ini terdiri atas 3 bait, yang setiap 8 larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Lalu skema berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren pada bait-bait berikutnya. Contohnya pada puisi karya Sapardi Damono berjudul "Balada Matinya Seorang Pemberontak".
|
2.
|
Himne
|
Himne adalah puisi pujaan kepada Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-ciri himne adalah lagu pujian yang menghormati seorang dewa, tuhan, pahlawan, tanah air, almamater (pemandu di Dunia Sastra). Semakin berkembangnya zaman, arti himne berubah yang mana pengertian himne sekarang adalah sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap yang dihormati seperti guru, pahlawan, dewa, tuhan yang bernapaskan ketuhanan.
|
3.
|
Romansa
|
Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Arti romansa berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra (perancis "Romantique).
|
4.
|
Orde
|
Ode adalah puisi yang berisi sanjungan untuk orang yang telah berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
|
5.
|
Epigram
|
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup. Epigram berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
|
6.
|
Elegi
|
Elegi adalah puisi yang berisi rata tangis atau kesedihan yang berisi sajak atau lagu dengan mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
|
7.
|
Satire
|
Satire adalah puisi yang berisi sindira/kritik. Istilah berisi bahasa latin Sature yang berarti sindiran; kejaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puasa hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dsb).
|
Jenis-jenis puisi baru berdasarkan bentuknya
No.
|
Jenis Puisi
|
Keterangan
|
1.
|
Distikon
|
Distikon adalah puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari dua baris (puisi dua seuntai).
|
2.
|
Terzina
|
Terzina adalah puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari tiga baris (puisi tiga seuntai).
|
3.
|
Kuatrain
|
Kuatrain adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari empat baris (puisi empat seuntai).
|
4.
|
Kuint
|
Kuint adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari lima baris (puisi lima seuntai).
|
5.
|
Sektet
|
Sektet adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari enam baris (puisi enam seuntai).
|
6.
|
Septime
|
Septime adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari tujuh baris (tujuh seuntai).
|
7.
|
Oktaf
|
Oktaf adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
|
8.
|
Soneta
|
Soneta adalah puisi yang terdiri dari empat belas baris yang terbagi dalam dua, dimana dua bait pertama masing-masing empat baris dan pada dua bait kedua masing-masing tiga baris. Kata soneta berasal dari bahasa Italia yaitu Sonneto. Kata sono berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara.
|