18 Unsur Intrinsik & Ekstrinsik Puisi, Pengertian, Contoh dan Penjelasannya Lengkap
https://blogbahasa-indonesia.blogspot.com/2018/04/unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-puisi.html
Advertisement
Baca Juga:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) puisi didefinisikan sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusun larik dan bait. Dalam dunia sastra, khususnya di Indonesia, kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan penyair-penyair legendaris tanah air seperti Chairil Anwar, W. S. Rendra, Ismail Marzuki dan sebagainya.
Dalam mempelajari puisi kita perlu mengetahui bahwa puisi terdiri atas unsur intrinsik dan ekstrinsik pembangun sebuah puisi. Lalu tahukah kalian apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi itu? Lalu apa saja macam-macamnya? Nah, pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang pengertian, macam-macam dan contoh unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi. Silahkan kalian simak baik-baik.
Apa itu Unsur Intrinsik Puisi?
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang berawal dari dalam naskah atau tulisan puisi itu sendiri atau dengan kata lain unsur yang membangun puis dari dalam. Lalu apa saja yang termasuk unsur-unsur intrinsik puisi itu? Berikut ini jenis-jenis, pengertian dan contoh unsur-unsur intrinsik puisi.
1. Tema Puisi
Tema puisi merupakan pokok permasalahan yang ingin diungkapkan oleh pengarang dalam suatu puisi secara keseluruhan. Dengan kata lain, tema puisi merupakan dasar cerita atau titik tolak pengarang dalam menyusun suatu puisi. Tema-tema puisi yang sering digunakan oleh pengarang di antaranya protes, humanisme, religius, kritik, tanah air, alam, pendidikan, persahabatan, percintaan, kesedihan, kebahagiaan, kepahlawanan dan sebagainya.
Berikut ini adalah beberapa contoh puisi dengan tema persahabatan.
Persahabatan
Sahabat bagaikn tempatku untuk berteduh..
Ketika diriku terkena air mata dalam kesedihanku,
disanalah diriku bisa berbagi kisah tentang hidupku, yang tak pernah aku dapatkan d’tempat lain…
hanya sahabatlah yang mampu mengerti dan pahami,
apa yang sedang aku alami saat ini,..
tanpa sahabat,..
bagai jiwa yang terlepas dari ragaku,..
membuat ragaku tak mampu bergerak dalam setiap langkahku..
persahabatan ini kan abadi..
meski didunia ini tak kan ada yang abadi..
|
2. Tipografi (Perwajahan Puisi)
Tipografi merupakan bentuk dari puisi tersebut. Di antaranya mencangkup halaman puisi, tepi halaman, pengaturan baris, penulisan kata, penulisan tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan sebagainya. Tipografi puisi adalah segala hal yang dapat dilihat dengan mata ketika membaca puisi.
3. Pesan (Amanat) Puisi
Pesan disebut juga amanat puisi. Pesan adalah sesuatu yang ingin disampaikan penyair kepada pembacanya/pendengarnya. Pesan merupakan nilai yang didapat dan dilihat dari sudut pandang penyair, sedangkan kesan adalah nilai dari segi pembaca atau pendengar. Berikut ini adalah contoh puisi yang mengandung amanat yang luhur.
Guruku
Oleh: KH A Mustofa Bisri
Ketika aku kecil dan menjadi muridnya
Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar
Ketika aku besar dan menjadi pintar
Kulihat dia begitu kecil dan lugu
Aku menghargainya dulu
Karena tak tahu harga guru
Ataukah kini aku tak tahu
Menghargai guru?
|
Pada contoh puisi di atas, pesat atau amanat yang terkandung di dalamnya adalah bahwa kita harus menghargai jasa guru yang telah mengajar dan mendidik kita meskipun kita telah menjadi orang besar dan berpangkat tinggi.
4. Diksi (Pemilihan Kata)
Diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair untuk mewakili apa yang dipikirkannya sebagai media ekspresi dalam puisi. Pengarang menggunakan citraan, majas, kata asing, atau kata lain untuk mewakilinya. Diksi sangat berpengaruh terhadap keindahan puisi. Pemilihan kata yang tepat akan memberikan daya magis yang sangat kuat pada puisi yang penyair ciptakan.
Namun, hendaknya disadari bahwa kata-kata dalam puisi bersifat konotatif, artinya memiliki kemungkinan makna yang lebih dari satu. Kata-katanya juga dipilih yang puitis artinya mempunyai efek keindahan dan berbeda dari kata-kata yang Anda pakai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemilihan kata yang cermat ini, orang akan langsung tahu bahwa yang dihadapi itu puisi.
5. Nada (Tone)
Adalah sikap penyair terdapat pembacanya. Nada berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema baik dengan nada yang menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca dalam pemecahan masalah, menyerahkan masalah kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca dan sebagainya.
Nada yang tinggi biasanya menggambarkan kemarahan, dan nada rendah biasanya menggambarkan kesedihan. Selain itu ada nada yang menunjukan sebuah protes, ada nada yang menunjukan kebencian, ada nada yang menunjukan keterkejutan, ada nada yang menunjukan sebuah sindiran, dan lain-lain. Perhatikan contoh berikut.
Di Negeri amplop
Oleh : (Gus Mus)
Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya “malu” Samson tersipu – sipu, rambut keramatnya dituupi topi “rapi – rapi” david coverfil dan rudini bersembunyi “rendah diri” entah, andai Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya
amplop – amplop di negeri amplop mengatur dengan teratur
Hal – hal yang tak teratur menjadi teratur Hal – hal yang teratur menjadi tak teratur Memutuskan putusan yang tak putus Membatalkan putusan yang sudah putus
Amplop – amplop menguasai penguasa
dan mengendalikan orang – orang biasa amplop – amplop membeberkan dan menyembunyikan mencairkan dan membekukan mengganjal dan melicinkan Orang bicara bisa bisu Orang mendengar bisa tuli Orang alim bisa nafsu Orang sakti bisa mati Di negri amplop, amplop – amplop mengamplopi apa saja dan siapa saja |
Dalam contoh puisi tersebut kita dapat mengidentifikasi bahwa ada nada sindiran dalam larik puisi tersebut.
6. Rasa (Feeling)
Yaitu sikap penyair mengenai pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya akan latar belakang sosial dan psikologi penyair, seperti latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketetapan dalam menyikapi suatu masalah tidak tergantung dari kemampuan penyair memili kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, namun juga dari wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan keperibadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya. Perhatikan contoh puisi berikut ini.
Hatiku selembar daun
Oleh : (Sapardi Djoko Damono)
Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput
Nanti dulu, biarkan aku sejenak berbaring di sini
Ada yang masih ingin ku pandang
Yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
Sebelum kau sapu taman setiap pagi
|
Dalam contoh puisi di atas dapat dengan mudah kita mengidentifikasi unsur intrinsik puisi yaitu “rasa” seolah-olah kiata merasakan apa yang dirasakan oleh penulis.
7. Majas (Gaya Bahasa)
Gaya bahasa atau majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Jenis gaya bahasa atau majas yang sering digunakan dalam puisi adalah:
A. Metafora
Metafora adalah kiasan kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan. Dalam "Surat Cinta", Renda mengiaskan diri kekasihnya bagai putri duyung.
engkaulah putri duyung
tawananku
putri dyung dengan suara merdu
lembut bagi angin laut
mendesahlah bagiku.
|
B. Personifikasi
Personifikasi adalah peristiwa alam yang dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa yang dialamai manusia. Dalam "Padamu Jua" Amir Hamjah menulis :
pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
engkau cemburu
engkau ganas
mangsa aku dengan cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas.
|
C. Hiperbola
Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Untuk melebih-lebihkan sifat jelek yang dikritik, Rendra membuat hiperbola sebagai berikut:
politisi dan pegawai tinggi
adalah caluk yang rapih
kongres-kongres dan konferensi
tak pernah berjalan tanpa kalian.
|
D. Ironi
Dalam puisi pamflet, demonstrasi, dan kritik sosial, banyak digunakan ironi, yakni kata-kata yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. Ironi dapat berubah menjadi sinisme dan sarkasme, yakni penggunaan kata-kata yang keras dan kasar untuk menyindir atau mengeritik. Nada sinisme dapat dinikmati dalam sajak Rendra berjudul "Sajak Sebotol Bir" ini.
kota metropilotan disini tidak tumbuh dari industri
tapi tumbuh dari negara industri asing
akan pasaran dan sumber pengadaan bahan alam
kota metropulitan disini
adalah sarana penumpukan bagi Eropa, Jepang, Cina, Amerika, Australia, dan negara industri lainya.
|
8. Pengimajian
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Diksi dan pengimajian memiliki hubungan yang sangat erat. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian.
Baris atau bait puisi itu seolah mengandung gema suara (imaji auditif), benda yang nampak (imaji visual), atau sesuatu yang dapat Anda rasakan, raba atau sentuh (imaji taktil). Ketiganya digambarkan oleh bayangan konkret yang dapat Anda hayati secara nyata.
Contoh diksi dan pengimajian terlihat dalam petikan puisi Perempuan-Perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya berikut ini.
...
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta dari manakah mereka
Di atas roda-roda baja mereka berkendara
Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota merebut hidup di pasar-pasar kota
...
|
Dalam puisi tersebut, dipilih kat-kata yang berisi sikap kagum penyair kepada perempuan-perempuan perkasa. Untuk menunjukkan rasa kagum itu, penyair tidak cukup dengan penyebutan perempuan perkasa. Untuk memperkonkret gambaran dalam pikiran pembaca, Ia menggunakan pengimajian berupa ungkapan /Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta./. Untuk menunjukkan kendaraan bagi perempuanperempuan itu secara konkret penyair menciptakan pengimajian "Di atas roda-roda baja mereka berkendara".
9. Sajak (Rima)
Keindahan sebuah puisi terdapat pada rima/sajak bunyi di akhir baris sesuai pilihan kata yang digunakan.
Contoh:
Hati yang masygul menjadi senang
Sukma riang terbang melayang
Karna lahir kerinduan semalam
Ribaan Hua yang ku kenang
Kudapat terang kasih dan sayang
Serta damai hati di dalam
|
Dalam sajak di atas yang dominan adalah bunyi sengau/ng, m, n/. Bunyi sengau dalam sajak ini mendukung suasana bunyi yang khusuk dan rasa senang si aku karena ia mendapat kasih sayang, serta kedamaian hati sebab kerinduannya pada Hua (Tuhan) hadir pada dirinya dan hatinya. Perhatikan pula sajak akhir baris, kekonsistenan pada keindahan rima/sajak ditonjolkan pada kata /senang, melayang, semalam, ku kenang, sayang, dan dalam/.
10. Irama
Irama atau ritme adalah gambaran suasana hati penyair dalam melafalkan puisi. Biasanya berupa persamaan bunyi pada baris tertentu yang kadang-kadang berpola tetap. Irama yang terdapat dalam puisi menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca karena memberikan kesan yang indah ketika puisi tersebut dilafalkan.
11. Enjambemen
Enjambemen adalah pemotongan kalimat atau frase dengan diakhiri lirik yang kemudian meletakkan potongan itu diawal larik berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberikan tekanan pada bagian tertentu ataupun sebagai penghubung antara bagian yang mendahuluinya dengan bagian-bagian yang berikutnya.
Enjambemen merupakan tata kalimat dari akhir baris diatasnya ke awal baris berikutnya di dalam puisi. Enjambemen berasal dari bahasa Perancis, yaitu Enjambement yang berarti melanggar batas. Dalam puisi, enjambemen diartikan sebagai larik sambung, larik yang secara sintaksis melompat, bersambung ke larik berikut. Berikut ini adalah cotoh enjabemen dalam puisi.
Puisi dua enjambemen karya Chairil Anwar, Aku
Melangkahkan aku bukan tuak menggelegak
Cumbu-buatan satu biduan
Kujauhi ahli agama serta lembing-katanya.
Aku hidup
Dalam hidup di mata tampak bergerak
Dengan cacar melebar, barah bernanah
Dan kadang satu senyum kukucup-minum dalam
dahaga.
|
12. Kata Konkret
Kata konkret adalah kata yang memungkinkan memunculkan imajinasi karena dapat ditangkap indera yang mana kata ini berhubungan kiasan atau lambang. Seperti kata konkret "salju" di mana melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan sebagainya. Sedangkan kata kongkret "rawa-rawa" melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan dan sebagainya.
13. Aku lirik
Dalam sebuah karya sastra, baik itu puisi maupun cerpen, terdapat kehadiran si “aku”. “Aku” dalam karya tersebut disebut “aku lirik” artinya tokoh yang dihadirkan atau dijelmakan oleh pengarang/penulisnya dan si “aku” lirik tadi dalam karya bukanlah aku dalam pengertian si penulis dan pengarang. Ini untuk menegaskan bahwa “aku” dalam karya Anda adalah “aku lirik” dan bukan “aku’ sebagai diri pengarang.
14. Bait dalam Puisi
Bait merupakan satuan yang lebih besar dari baris yang ada dalam puisi. Bait merujuk pada kesatuan larik yang berada dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik (bait) lainnya. Dalam puisi, keberadaan bait sebagai kumpulan larik tidaklah mutlak. Perhatikanlah puisi "Isa" karya Chairil Anwar berikut.
Itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
mendampar tanya: aku salah?
|
Puisi Chairil Anwar tersebut terdiri atas enam bait, tiga di antaranya merupakan bait yang hanya terdiri atas satu larik puisi tersebut. Salah satunya terdapat dalam penggalan tersebut, yakni bait "mendampar tanya: aku salah?" Peranan bait dalam puisi adalah untuk membentuk suatu kesatuan makna dalam rangka mewujudkan pokok pikiran tertentu yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
15. Makna Puisi
Makna puisi adalah isi yang tersirat dalam puisi tersebut. Untuk menemukan isi puisi, kamu harus mendengarkan pembacaan puisi dengan saksama dan memahami simbol atau lambang dari puisi.
Contoh:
Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu!
|
Dari bait puisi di atas, dapat ditemukan isinya, yaitu sebagai berikut. Dalam sajak di atas menampilkan ide atau gagasan individualisme di Aku yang ingin hidup mandiri. Ku mau menunjukkan semangat individualisme si penyair.
Si Aku dengan kemauannya sendiri menolak orang lain untuk bersedih pada saat kematiannya. Bahkan orang yang paling dekat dengan dia tidak perlu bersedih pada saat kematiannya nanti. Orang yang paling dekat dengan dia pun tidak perlu bersedih sebab hidup-mati itu adalah tanggung jawab pribadi. Oleh karena itu tak perlu sedu sedan itu!
Apa itu Unsur Ekstrinsik Puisi?
Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur yang membangun puisi dari luar. Dengan kata lain, unsur yang mempengaruhi baik buruknya puisi dari luar kandungan puisi tersebut. Lalu apa saja yang termasuk unsur-unsur ekstrinsik puisi itu? Berikut ini penjelasan lengkapnya.
1. Unsur Biografi
Unsur boigrafi ini adalah latar belakang pengarang. Latar belakang cukup berpengaruh dalam pembuatan puisi, misalkan penulis puisi yang latar belakangnya berasal dari keluarga miskin, maka jika ia membuat puisi akan sangat menyentuh hati para pembacanya, yang terbawa dari latar belakang penulis sehingga mampu dikesankan dalam sebuah puisi.
2. Unsur Sosial
Unsur sosial sangat erat kaitanya dengan kondisi masyarakat ketika puisi itu dibuat. Misalkan puisi itu dibuat ketika masa orde baru menjelang berakhir. Pada saat itu kondisi masyarakat itu sedang sangat kacau dan keadaan pemerintahan pun sangat carut marut, sehingga puisi yang dibuat pada saat itu adalah puisi yang mengandung sindiran-sindiran terhadap masyarakat.
3. Unsur Nilai
Unsur nilai dalam puisi ini meliputi unsur yang berkaitan dengan pendidikan, seni, ekonomi, politik, sosial, budaya, adat-istiadat, hukum, dan lain-lain. Nilai yang terkandung dalam puisi menjadi daya tarik tersendiri sehingga sangat mempengaruhi baik atau tidaknya puisi.
Wihh
ReplyDelete